Suatu hari Petta, berbagi sebuah tulisan blog yang isinya pandangan seseorang tentang kasus-kasus ibu yang tega menghabisi nyawa anaknya. Salah satu kasus yang terkenal adalah seorang ibu yang tega menghabisi nyawa 3 anaknya dengan cara membekap dengan bantal. Setelah digali oleh tim psikolog, ibu tersebut tega menghabisi nyawa anaknya karena khawatir dengan pola asuhnya, yang notabene pola asuh itu juga dia dapatkan dari ibunya. Langsung grup watsap August Birth Club heboh dengan curhatan kekhawatiran kami masing-masing dengan pola asuh kami.
*****
*****
Sebenarnya pola asuh yang tidak ideal bisa diminimalisir kalo kita aware dengan diri kita sendiri, bahasa psikologinya self awareness. Apa sik self awareness itu? berdasarkan Pelatihan Pribadi Efektif yang saya ikuti mari kita bahas *duile, gaya*
Tuhan telah memberikan anugerah kepada manusia berupa pengetahuan (kognisi), emosi (afeksi) dan kemampuan bertindak (psikomotor). Tiga aspek tersebut idealnya berfungsi seimbang pada seorang manusia. Kognisi + Afeksi = Psikomotor. Apa yang kita tahu dan apa yang kita rasakan tentang sesuatu akan menghasilkan perilaku kita terhadap sesuatu.
Idealnya ketika manusia berlaku atas sesuatu, manusia tersebut sadar betul atas perilakunya karena telah diproses di bagian kognisi dan afeksi. Namun, dengan berbagai latar belakang sebelumnya bisa saja seseorang tidak sadar atas perilakunya, jadi perilakunya seperti refleks. Kok bisa? Ya, bisa saja. karena kognisi atau afeksinya tidak terasah, jadi perilakunya cenderung instan.
Contoh mudah: Saya marah2 kepada Aretha karena dia terus bertanya tentang segala hal. Lah kenapa saya marah? Padahal saya tau ga boleh marah2in anak, saya juga tau kalo Aretha lagi fase nanya segala hal. Habis marah2 yang ada menyesal *curcol buu* kalo saya tau hal2 tersebut tadi mestinya saya ga marah2 doong...
Apa sih yang terjadi di diri saya ketika Teta nanya2 muluk, mari kita proses.
Yang saya rasakan? merasa terganggu
Yang ada di pikiran saya? Ini emang fasenya dia nanya segala hal, pinter dong anak saya.
Perilaku instan = Marah-marah, nyuruh diem.
idealnya siiih, begini..
Perilaku terproses= kalo saya marah nanti dia jadi malu dan males nanya lagi, efek ke psikologisnya ga bagus..lagian ini artinya dia berkembang..Jadiiii PERILAKU APA YANG SAYA PILIH?--ya, semua orang bisa memilih--- nah, silakan deh pilih mau berbuat apa.
Kira-kira gitu deh pemaparannya yaa.."Hidup itu pilihan?" Betculs pemirsa, semua orang bebas menentukan pilihannya, jadi jangan salahkan orang lain atas pilihan hidupmu *note to myself also
*****
Berkaitan dengan prolog di atas. Bahwa sebenernya si ibu Insya Allah bisaaa banget menghindari apa yang dia khawatirkan tentang pola asuhnya jika dia peka terhadap dirinya.
Tuhan telah memberikan anugerah kepada manusia berupa pengetahuan (kognisi), emosi (afeksi) dan kemampuan bertindak (psikomotor). Tiga aspek tersebut idealnya berfungsi seimbang pada seorang manusia. Kognisi + Afeksi = Psikomotor. Apa yang kita tahu dan apa yang kita rasakan tentang sesuatu akan menghasilkan perilaku kita terhadap sesuatu.
Idealnya ketika manusia berlaku atas sesuatu, manusia tersebut sadar betul atas perilakunya karena telah diproses di bagian kognisi dan afeksi. Namun, dengan berbagai latar belakang sebelumnya bisa saja seseorang tidak sadar atas perilakunya, jadi perilakunya seperti refleks. Kok bisa? Ya, bisa saja. karena kognisi atau afeksinya tidak terasah, jadi perilakunya cenderung instan.
Contoh mudah: Saya marah2 kepada Aretha karena dia terus bertanya tentang segala hal. Lah kenapa saya marah? Padahal saya tau ga boleh marah2in anak, saya juga tau kalo Aretha lagi fase nanya segala hal. Habis marah2 yang ada menyesal *curcol buu* kalo saya tau hal2 tersebut tadi mestinya saya ga marah2 doong...
Apa sih yang terjadi di diri saya ketika Teta nanya2 muluk, mari kita proses.
Yang saya rasakan? merasa terganggu
Yang ada di pikiran saya? Ini emang fasenya dia nanya segala hal, pinter dong anak saya.
Perilaku instan = Marah-marah, nyuruh diem.
idealnya siiih, begini..
Perilaku terproses= kalo saya marah nanti dia jadi malu dan males nanya lagi, efek ke psikologisnya ga bagus..lagian ini artinya dia berkembang..Jadiiii PERILAKU APA YANG SAYA PILIH?--ya, semua orang bisa memilih--- nah, silakan deh pilih mau berbuat apa.
Kira-kira gitu deh pemaparannya yaa.."Hidup itu pilihan?" Betculs pemirsa, semua orang bebas menentukan pilihannya, jadi jangan salahkan orang lain atas pilihan hidupmu *note to myself also
*****
Berkaitan dengan prolog di atas. Bahwa sebenernya si ibu Insya Allah bisaaa banget menghindari apa yang dia khawatirkan tentang pola asuhnya jika dia peka terhadap dirinya.